Kamis, 05 Mei 2011

Riba


A. Pendahuluan
Tradisi keilmuan dan teknologi yang berkembang sekarang adalah tradisi yang berkembang dari sistem logika yang berkembang dari Yunani, dilanjutkan dengan logika renaissans Arab, diteruskan dengan renaissans Eropa, dan menjadi ilmu dan teknologi muktahir. Unsur utama dalam tradisi sistem logika adalah rasionalitas dan empiri. Rasionalitas menjadi unsur pertaama untuk berilmu pengetahuan, dan empiris menjadi unsur keduanya.  Rasio dan empiri merupakan dua perangkat atau unsur dasar untuk mengembangkan ilmu. Untuk mendayagunakan dua perangkat atau unsur tersebut seorang menggunakan analisis dan sintesis.
B. Hakikat Metode Analisis dan Sintesis
1. Hakikat Metode Analisis
Analisis pada akhirnya dimaknai sebagai kegiatan berpikir yang melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pernyataan­pernyataan ke dalam bagian-bagiannya agar dapat menangkap makna yang dikandungnya atau memahami komponen terlebih dahulu kemudian menguraikan komponen. Berkaitan dengan itu, penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Jadi tidak salah kalau ada yang menyatakan bahwa analisis adalah gerbang logika.
2. Hakikat Metode Sintesis
Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.
C. Double Relationship (Relasi Ganda) Metode Analisis vs Sintesis
Istilah “analisis” dan “sintesis”, sebagai label pembedaan metode argumentasi antara yang deduktif dan induktif setidak-tidaknya seusia dengan Euklides. Dalarn Elements-nya, Euklides menerangkan sejelas-jelasnya bahwa dua metode ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah, tetapi saling melengkapi. Metodenya memperlihatkan ketepatan teorema-teorema geometrisnya dengan mula-mula menggunakan metode argumentasi analitik (deduktif), dan kemudian mendukung simpulannya dengan penalaran sintetik (induktif). Proses praktis penyusunan deduksi (berlawanan dengan bentuk tertulisnya) berawal dengan perumusan suatu simpulan, lain pembuktiannya dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang bisa berhingsi sebagai landasannya. Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.
Logika analitik dapat digunakan untuk menghasilkan pengetahuan kapan saja bilamana yang terpikir dipaparkan di dalam tapal batas transendental (umpamanya, sesuatu yang dapat kita lihat). Sedangkan bila berhadapan dengan persoalan yang tidak begitu kita ketahui dengan pasti, kita bisa menemukan hal-hal yang kita yakini dengan memanfaatkan logika sintetik untuk memperoleh wawasan yang dibutuhkan untuk mendukung keyakinan-keyakinan itu.
D. Metode Analisis dan Sintesis dalam Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan gabungan antara penalaran induktif dan deduktif. Kerlinger (1969) memberi definisi pendekatan ilmiah sebagai “penyelidikan yang sistematik, terkontrol dan bersifat empiris atas suatu relasi fenornena alam.” Sedangkan menurut Susilo (2009) pendekatan ilmiah adalah proses berpikir di mana kita bergerak secara induktif dari pengamatan menuju pembentukan hipotesis dan kemudian berbalik secara deduktif membuat verifikasi atas hipotesis kita tadi kepada penerapan logisnya.
Proses kerja dalam pendekatan ilmiah menimbulkan tiga sifat yang membedakannya dengan sumber pengetahuan dari pengalaman. Pertama, pendekatan ilmiah bersifat sistematis dan terkontrol karena menggunakan dua penalaran, yaitu induksi dan deduksi. Kedua, ia bersifat empiris yang menghendaki validasi atas semua keyakinan subjektif seseorang. Sedangkan yang ketiga, bersifat self-correcting yang berarti bahwa prosedur yang sistematis dan terkontrol tersebut memungkinkan seseorang terhindar dari kesalahan yang signifikan tatkala menggunakan proses pendekatan ilmiah ini untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.
Penelitian adalah suatu kegiatan yang menggunakan pendekatan ilmiah sebagai prinsip kerjanya. Penelitian merupakan suatu proses pencarian kebenaran melalui prosedur ilmiah dan biasa dikatakan sebagai kebenaran ilmiah yang objektif karena kesimpulan itu ditarik berdasarkan data empirik dengan prosedur yang sistematis serta menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam mencapai kebenaran ilmiah tersebut, kita hams melalui proses kegiatan penelitian yang secara umum bisa meliputi langkah berikut: (1) perumusan masalah, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penarikan kesimpulan.
E. Implikasinya Bagi Teori Ilmiah
Teori ilmiah didefinisikan sebagai “seperangkat konsep (konstruk), definisi, atau proposisi yang menggambarkan sebuah pandangan yang sistematis atas fenomena dengan cara memberi spesifikasi hubungan antarvariabel yang tujuan akhirnya adalah memprediksi atau menerangkan sebuah fenomena tersebut. Ada dua fungsi utama dari teori ilmiah, yaitu: mengorganisasikan temuan dari berbagai pengamatan dan penyelidikan yang tercecer sehingga sebuah kerangka teori yang bisa menjelaskan suatu fenomena, dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel, serta menjelaskan bagaimana sifat keterkaitannya. Melalui sebuah kerangka teori yang bisa dijelaskan seorang ilmuwan bisa memberi prediksi dan kontrol terhadap suatu fenomena.
F. Penutup
Sebagai penutup ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1.      Secara umum, analisis didefinisikan sebagai suatu metode yang prosedurnya memecah suatu substansi menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen. Sedangkan sintesis diartikan sebaliknya yaitu menggabungkan elemen-elemen atau komponen-komponen yang terpisah menjadi suatu kesatuan yang koherem
2.      Metode analisis dan metode sintesis sangat berguna dalam membangun pengetahuan keilmuan. Pengetahuan keilmuan meliputi semua apa yan dapat diteliti dengan jelas atau dengan eksperimen sehingga bisa terjangkau oleh rasio atau otak dan pancaindra manusia.
3.      Ilmu pengetahuan diperoleh secara sahib dan andal dengan suatu penyelidikan ilmiah, yaitu penelitian, maka ia merupakan sebuah proposisi yang timbul sebagai hasil dari kesimpulan suatu proses pencarian pengetahuan yang sistematis dan terkontrol. Proposisi inilah yang apabila terakumulasi akan menjadi teori ilmiah
ooo 000 ooo
http://fadlibae.wordpress.com/2010/10/02/double-relationship-analisis-vs-sintesis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar