Kamis, 05 Mei 2011

Riba

RIBA
Oleh Kelompok : 8
A.Definisi Dan Dasar Hukum Di Larangnya Riba
1.Definisi Riba
            Riba dalam bahasa berasal dari kata “raba” yang sinonimnya : nama,wazadda,artinya tumbuh dan tambah.[1]Seperti dala, surah Al-Hajj (22) ayat 5 :

“Dan kamu lihat bumi ini kering,kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
a.Abdurrahman Al-Jaziri mengemukakan :
أما فى اصطلاح الفقهاء فهو زياده أحد البدلين المتجانسين من غير أن يقابل هذه الزياده عوض
Adapun dalam istilah fuqoha’ riba adalah bertambahnya salah satu dari dua penukaran yang sejenis tanpa adanya imbalan untuk  tambahan ini.”[2]
b.Hanbaliah sebagaimana dikutip oleh Wahbah Zuhaili memberikan definisi sebagai berikut :
وهو فى شرع: ألزيا دة فى أشياء مخصوصة
“Riba menurut syara’ adalah tambahan dalam perkara-perkara tertentu.”[3]
c. Kalamudin bin AL-Hammam dari Hanafiah memberikan definisi riba sebagai berikut :
وفى الأصطلاح هو الفضل الخالى عن العوض المشطور فى البيع
“Dalam pemgertian istilah riba adalah kelebihan yang sunyi (tidak disertai) dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual beli.”[4]
d.Syafi’iyah memberikan definisi riba sebagai berikut :
وشرعا : عقد على عوض مخصوص غير معلوم التماثل فى معيار الشرع حالة العقد أو مع تأ خير فى البدلين أو أحدهما
“Menurut syara’ riba adalah akad atas ‘iwadh (penukaran) tertentu yang tidak diketahui persamaannya dalam ukuran  syara’ pada waktu akad atau dengan mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya.[5]
            Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa riba adalah suatu kelebihan yang terjadi dalam tukar-menukar barang yang sejenis atau jaul beli barter tanpa disertai dengan imabalan,dan kelebihan tersebut disyaratkan dalam perjanjian.
2.Dalil Keharaman Riba
            Dalil keharaman riba ini didasarkan pada Al-Qur’an,hadist dan Ijma’.
a.Al-Qur’an
š
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[6]. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu[7](sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
b.As-Sunnah
حديث أبى هريره رضى لله عنه عن النبى صلى لله عليه وسلم قال : اجتنبوا السبع الموبقات ,قالوا : يا رسول لله وما هن ؟ قال : الشرك با لله واالسحر وقتل النفس التى حرم لله الا با لحق وأكل الربا وأكل مال اليتيم والتولى يوم الزحف وقذف المخصنات المئمنات الغافلات (رواه البخرى)
روي عن ابن مسعود ر.ع.قال : لعن رسول الله صلعم,أكل الربا وموكله وشاهده وكاتبه.(رواه أبوداود وغيره)
c.Ijma’
            Seluruh ulama telah sepakat bahwa riba diharamkan dalam Islam,karena dalam riba benyak mengandung madharatnyaa dibandingkan dengan manfaat yang ada.
B.Macam-Macam Riba
1.Menurut Jumhur Ulama
            Jumhur ulama[8] membagi riba dalam dua bagian,yaitu riba fadhl dan riba nasi’ah.
a.Riba Fadhl
            Menurut ulama Hanafiyah,riba fadhl adalah :
زيادة عين مال فى عقد بيع على المعيار الشر عى عند اتحاد الجنس.
Tambahan zat harta pada akad jual-beli yang diukur dan sejanis.”
            Dengan kata lain,riba fadhl adalah jual beli yang mengandung unsur riba pada barang sejenis dengan ada tambahan pada salah satu benda tersebut.Oleh karena itu,jika menlaksnakan akad jual beli antar barang (barter) yang sejenis,tidak boleh dilebihkan salah satunya agar terhindar dari unsur riba.
b.Riba Nasi’ah
            Menurut ulama Hanfiyah,[9]riba nasi’ah adalah :
فضل الحلول على الأجل وفضل العين على الدين فى المكيلين أو الموزونين عند اختلاف الجنس أو غير المكيلين أو الموزونين عند اتحاد الجبس.
“Memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan,memberikan kelebihan pada benda disbanding utang pada benda yang ditakar atau ditimbang yang berbeda jenis atau selain dengan yang ditakar dan ditimbiang yang sama jenisnya.”
            Maksudnya adalah menjual barang dengan sejenisnya,tetapi yang satu lebih banyak,dengan pembayaran diakhirkan,seperti menjual satu kilogram gandum dengan dua kilogram gandum.yang dibayarkan setelah dua bulan.
            Ibnu Abbas,Usamah bin Zaid Ibn Arqam,Jubair,Ibn Jabir,dan lain-lain berpendapat bahwa riba yang diharamkan hanyalah riba nasi’ah .Pendapat ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah saw.bersabda :
لا ربا الا فى النسيئه
“Tidak ada riba kecuali riba nasi’ah.”
            Ulama lainnya menentang pendapat tersebut dan memberikan dalil-dalil yang menetapkan adanya riba fadhl ,sedangkan tabi’in sepakat tentang haramnya kedua riba tersebut dan perbedaan pendapat pun hilang.
            Selain itu, mereka yang mengatakan bahwa hanya riba hanya riba nasi’ah yang diharamkan kemungkinan tidak utuh dalam memahami hadist di atas.Asal dari hadist di atas adalah nabi saw,ditanya tentang pertukaran antara gandum,emas dan perak yang pembayarnnya diakhirkan,kemudian Nabi saw.bersabda “Tidak ada riba kecuali riba nasi’ah.” Hadist ini lebih tepat diartikan bahwa riba nasi’ah adalah riba terberat dibandingkan dengan riba lainnya.[10]
2.Menurut Ulama Syafi’iyah
a.Riba Fadhl
            Riba Fadhl adalah jual-beli yang disertai adanya tambahan salah satu penukar dari yang lainnya.Riba terjadi pada barang yang sejanis.
b.Riba Yad
            Riba Yad adalah jual-beli dengan mengahirkan penyerahan yakni bercerai-berai sebelum antar dua belah pihak sebalum serah terima.Ulama Hanafiyah memasukkanya dlam riba nasi’ah.
c.Riba Nasiah
            Riba nasiah adalah jual-beli yang pembayaranya diakhirkan tapi pembayarannya dilebihkan.
            Menurut ulama Syafi’iyah,riba yad dan riba nasiah sama-sama terjadi pada pertukaran barang yang tidak sejenis.Perbedaannya,riba yad mengahirkan pemegangan barang,sedangkan riba nasiah mengahirkan hak dan ketika akad dinyatakan bahwa waktu pembayaran diakhirkan meskipun sebantar.
C.Pendapat Ulama Tentang Illat Riba
          Ulama sepakat menetapkan riba fadhl pada tujuh barang,seperti yang terdapat dalam nash,yaitu emas,perak,gandum,syair,kurma,garam,dan anggur kering.Adapun pada barang salain itu,para ulama berbeda pendapat :
1.Zahririyah hanya mengharamkan ketujuh benda tersebut.
2.Menurut pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad dan Abu Hanifah,riba fadhl dikhususkan pada setiap jual-beli barang sejenis dan yang ditimbang.
3.Imam Syafi’I dan sebagian pendapat Imam Ahmad berpendapat bahwa riba fadhl dikhususkan pada emas dan perak dan makanan meskipun tidak ditimbang.
4.Sa’id bin Musayyab dan sebagian riwayat Ahmad menghusukannya pada makanan yang ditimbang.
5.Imam Malik mengkhususkan pada makanan pokok.
D.Dampak Perbedaan Pendapat Ulama
            Perebedaan pendapat di kalangan ulama tersebut berimplikasi terhadap penentuan hokum lainya .
1.berkaitan dengan Riba fadhl
            Ulama hanfiyah membolehkan adanya tambahan makanan yang tidak ditimbanng sebab tidak ada illat riba,yaitu timbangan.Menurut ulama Syafi’iyah,hal itu tidak diperbolehkan meskipun tidak ditimbang tetap termasuk jenis makanan.
            Sesuatu yang tidak termasuk makanan,tetapi ditimbang atau diukur,menurut ulama Hanafiyah,tidak boleh ada tambahan,sedangkan ulama Syafi’iyah dibolehkan sebab bukan termasuk makanan.

2.berkaitan dengan Jenis
a.Jual-beli tepung dengan sejanisnya
            tentag jual-beli tepung dengan sejanisnya,seperti tepung gandum dengan tepung gandum,ulama Hanafiyah dan Hanbaliah membolehkannya,sedangkan ulama malikiyah dan Syafi’iyah melarangnya.
b.Jual-beli dengan Hewan
            Imam Abu Hanifah dan Abu Yusuf membolehkan jual-beli daging yang dapat dimakan dengan hewan sejenisnya sebab sama dengan menjual sesuatu yang ditimbang dengan sesuatu yang tidak ditimbang.
            Ulama Malikiyah,Hanbaliah,dan Syafi’iyah melarangnya,seperti menjual daging kambing dengan kambing,sebab Rasulullah saw,sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Baihaqi,melarang jual-beli sesuatu yang masih hidup dengan sesuatu yang sudah mati.
            Perbedaan-perbedaan lainya tentu saja masih banyak,baik yang berkaitan dengan riba fadhl maupun riba nasi’ahI.
E.Hikmah Di Haramkannya Riba
          Adapun sebab diharamkanya riba tidak lain adalah karena riba menimbulkan kemudaratan yang besar bagi manusia.Kemudaratan tersebut antara lain :[11]
1.Riba menyebabkan permusuhan antar individu,dan menghilangkan jiwa tolong menolong mereka.Padahal Islam sangat mendorong adanya perbuatan tolong menolong antar sesame manusia.
2.Riba mendorong terbentuknya kelas elite,yang tanpa kerja keras mereka mendapat harta,seperti benalu yang setiap saat mengisap orang lain.
3.Riba merupakan wasilah atau perantara terjadinya penjajahan di bidang ekonomi,di mana orang kaya menindas orang miskin.
4.dalam hal ini Islam mendorong umatnya agar mau memberikan kepada orang lain yang membutuhkan untuk meminjamkan hartanya.


[1] Ibrahim Anis,et.al.,Al-Mu’jam Al-Wasith,Juz I,Dar Ihya’ At-Turast Al-‘Araby,Kairo cet II,1972,hlm.326.
[2] Abdurrahman Al-Jaziri,Kitab Al-Fiqh ‘ala Al-Madzahib Al-Arba’ah,Jilid 2,Dar Al-Fikr,t.t.,hlm.245.
[3] Wahbah Zuhaili,Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh,Juz 4,Dar Al-Fikr,Damaskus,cet III,1989,hlm.668.
[4] Kamaluddin bin Al-Hammam,Syarah fath Al-Qadr,Juz VII,Dar Al-Fikr,Beirut,t.t.,hlm.3.
[5] Abi Al-‘Abbas Ahmad Ar-Ramli,Nihayah Al-Muhtaj,Juz 3,Dar Al-Fikr,Beirut,2004,hlm.204.
[6] Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan
[7] riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

[8] Ibnu Rusyd,BIdayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid,Juz II.hlm.129.
[9] Alaudin Al-Kasani,Bada’I Ash-Shan’I fi Tartib Asy-Syara’i.Juz V.hlm.183.
[10] Wahbah Zuhaili,Al-Fiqh Al-islami wa Adillatuh,Juz IV,hlm.173-174.
[11] Sayid Sabiq,Fiqh As-Sunnah,Juz 3,Dar Al-Fikr,Beirut,cet,III,1981,hlm.178.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar